QH bab 3 kuteguhkan imanku dengan ibadah



1.    Mutiara iman dalam diri manusia
Iman dalam kehidupan manusia diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Sehingga tanpa iman, maka kehidupan manusia akan menjadi gelap. Tanpa iman maka jalan hidup seseorang bagaikan tanpa arah tujuan, karena tidak ada orientasi tertentu dalam perjalanannya. Iman tidak hanya sekedar keyakinan dalam hati, namun juga diikrarkan di lisan, dan dilaksanakan dengan anggota badan:


 

“Iman itu diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan dilakukan dengan anggota badan (perbuatan)”
Hadis tersebut menjelaskan 3 hal yang menjadi unsur penting sebuah keimanan. Yaitu 1) hati yang meyakini, 2) lisan yang mengikrarkan dan 3) anggota badan yang selalu menerapkan dalam perbuatannya.
Kecintaan kita kepada Allah, tentulah diawali dari keyakinan kita akan keberadaan-Nya kemudian lisan kita dengan penuh kesadaran mengikrarkannya selanjutnya tentulah tanpa paksaan sedikitpun kita dapat mengaplikasikan dalam kehidupan kita. Itulah kecintaan yang sempurna kepada Allah. Itulah keimanan yang haqiqi kepada Allah. Sehingga ia meletakkan keimanan kepada-Nya pada tempat tertinggi dibanding kecintaannya kepada apapun. Begitu pula dengan rukun keimanan lainnya, karan tentulah tidak sempurna keimanan kita, jika hanya mengimani Allah tanpa Malaikatnya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, hari akhir dan taqdir baik buruk yang kita terima, sebagaimana hadis riwayat Muslim.

Artinya:
(Jibril) berkata: beritahukanlah padaku tentang iman! Jawab Nabi saw.: Hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitabNya, kepada RasulrasulNya, kepada hari kiamat, dan beriman kepada Qadar yang baik serta yang buruk. HR.Muslim
Dalam konteks sosial, dimana manusia dicimptakan Allah sebagai khalifah di bumi, maka keimanan seseorang menjadi hal yang mutlak dimiliki. Bagi kita umat Islam, tidak ada lagi istilah “ini aku dengan segala keimananku” namun yang harus disebarkan dan ditebarkan adalah inilah keimananku dengan kasih sayangku. Maka sebagai pelajar hendaknya kita tidak tenggelam dalam rutinitas religi kita dengan mengesampingkan kawan-kawan di sekitar kita. Mengapa demikian, karena Rasulullah Saw. sebagai tuntunan kita pun mengajarkan bahwa kebaikan untuk orang lain juga termasuk kesempurnaan iman, sebagaimana disabdakan dalam hadis yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim Abu Hamzah, Anas bin Malik.

 
 Artinya:
Rasulullah Saw. bersabda: “tidaklah sempurna iman salah seorang dari kau sehingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
Namun sangat perlu kita ketahui, bahwasannya iman memiliki banyak cabang yang dapat kita amalkan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan

 
Iman terdiri dari 71 cabang yang paling utama ucapan Laa ilaaha Illallah, yang paling rendah menyingkirkan gangguan dari jalan adapun malu adalah sebagian dari iman.


Tidak ada komentar


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PJOK bab 10 pola makan sehat bergizi dan seimbang

IPA 2 bab 2 interaksi makhluk hidup dengan lingkungan

B inggris chapter 7 i'am proud of Indonesia